Monday, April 2, 2012

TAFSIR AL-FATIHAH


TAFSIR AL-FATIHAH
MAKALAH
Mata Kuliah: Tafsir
Dosen: Dr. H. Hamdani Mu’in, M. Ag.




 
 


Oleh:
Ahmad Basuki                    113211002



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
2012
       I.            PENDAHULUAN
Al-qur’an yang terdiri dari 30 jus, 114 surat dan 6666 ayat sebagai pedoman utama umat manusia yang harus dikaji lebih mendalam tentang kandungan dan rahasia yang terdapat di dalamnya. Sebelum membahas lebih dalam kami akan membahas surat al-Fatihah. Surat al-Fatihah adalah surat yang menjadi pembuka dalam al-Qur’an. Para ahli tafsir meriwayatkan ada beberapa nama bagi surat al-Fatihah. Diantara yang termasyhur akan kami jelaskan pada makalah ini.
Surat Suci yang terdiri dari tujuh ayat, tidak terdapat perselisihan dalam hal ini. tetapi para mufassirin dan qurra berselisih faham tentang penetapan ayat pertama dan ayat ketujuh.  
Sholat yang kita laksanakan sekurang-kurangnya 17 rakaat dan Allah telah menetapkan ummul kitab sebagai bacaan tetap dalam ibadah ini. Dengan demikian sangat penting jika kita harus mengetahui isi dari al-Fatihah. Semua makna kandungan al-Qur’an secara global tercakup dalam surat al-Fatihah. Kandungan al-Qur’an ini mencakup masalah tauhid, Janji dan ancaman. Sebenarnya bagaimana keutamaan surat ini dantara surat-surat yang lain.
Sehingga sangat urgen jika pembahasan tafsir surat pembuka ini sebelum beranjak pada pembahasan-pembahasan surat-surat dan ayat-ayat selanjutnya dalam al-Qur’an. Kami akan mecoba sedikit menjelaskan mengenai surat al-Fatihah ini.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.       Bagaimana sekilas surat al-Fatihah?
B.       Seperti apa Tafsir ayat 1-7?
C.       Apa saja pokok-pokok kandungan ayat?

 III.            PEMBAHASAN
A.       Sekilas surat al-Fatihah
Pengertian al-Fatihah berasal dari kata fataha-yaftahu-fathah yang berati pembukaan, dan dapat pula berati kemenangan. Dinamai demikian karena dilihat dari segi posisinya surat al-Fatihah berada pada bagian awal yang mendahlului surat-surat lain.[1]
Surah al-fatihah diturunkan di Makkah, jadi termasuk surat makkiyyah. Surah ini diturunkan pada waktu pertama kali disyariatkan sholat dan diwajibkan membacanya di dalam sholat. Karena itu, ia adalah surah yang pertama kali diturunkan dengan lengkap. Dalam surah ini terdapat kesimpulan dari isi keseluruhan Al-Qur’an, sehingga ia merupakan intisari dari al-Qur’an.[2]
Surah al-Fatihah adalah induk dari al-Qur’an seluruhnya. Surah al-Fatihah mempunyai nama lain, diantaranya adalah:
1.      Ummul Kitab. Penamaan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan at-Tirmidzi (dan dia mensahihkannya) dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,
الحمد لله ام القران وام الكتا ب والسبع المثا نى
“alhamdulillah adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, dan as-Sab’ul Matsani”
2.      Ash-Shalat. Penamaan ini berdasarkan firman Allah ta’ala dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim, abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. Yang diantara isinya adalah,
قال الله تعالى : قسمت الصلا ة بينى و بين عبدى نصفين ولعبدى ما ساءل
“Allah ta’ala berfirman: Aku membagi shalat menjadi dua; untuk-Ku dan untuk hamba-Ku dan Aku berikan kepada hamba-Ku apa yang dia minta.”
Para ulama’ berpendapat bahwa yang dimaksud dengan shalat di sini adalah surah al-Fathihah, karena shalat tidak sempurna tanpa membaca surah al-Fathihah.
3.      Ash-Syifaa’. Penamaan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan ad-Darimi dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Nabi saw. bersabda,
فا تحة الكتا ب شفا ء من كل داء
“Pembuka (Fathihah) Al-Kitab adalah obat bagi semua penyakit”[3]
4.      Sab’u min al-Matsani (tujuh yang diulang). Hal ini dijumpai dalam hadits Nabi yang berbunyi:
والذى نفسى بيده ما انزل الله فى التوراة, ولافى الانجيل ولافى الزبور ولافى الفرقان مثلها وانها سبع من المثانى والقران العظيم الذى اعتيطه
“Demi Tuhan yang diriku ditangan-Nya, Allah tidak menurunkan di dalam at-Taurat tidak di dalam injil tidak di dalam al-Furqon ayat-ayat yang menyamai al-Fathihah. Dialah tujuh ayat yang diulang di dalam al-Qur’an al-’adzim yang diberikan kepadaku.”
Sebab-sebab al-fatihah dinamai as-Sab’al matsani adalah karena ayatnya berjumlah 7 dab dibaca berulang-ulang dalam sembahyang.[4]   
Makna yang terkandung dibalik nama yang beraneka ragam tentang al fatihah itu menunjukkan tentang peran, fungsi, kandungan, hikmah, dan keistimewaan yang dimiliki surat al-Fatihah. Atas dasar ini dapat dimengerti jika Rosulullah SAW menempatkan surat al-Fatihah pada permulaan surat yang ada di dalam al-Qur’an.[5]
Dalam surah al Fatihah terdapat beberapa keutamaan, diantaranya sebagai berikut:
a.                                         Surah yang paling agung dalam Al Qur’an
b.                                        Surah yang paling utama di dalam Al qur’an
c.                                         Surah Al fatihah adalah munajat antara hamba dan Rabbnya[6]
B.       Tafsir ayat 1-7
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÊÈ   ßôJysø9$# ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ   Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÌÈ   Å7Î=»tB ÏQöqtƒ ÉúïÏe$!$# ÇÍÈ   x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ   $tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ   xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$# ÇÐÈ  
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1] Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam[2] Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[3] Yang menguasai di hari Pembalasan[4] Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan[5] Tunjukilah Kami jalan yang lurus[6] (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[7]

Oó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#
Kata ba’ (dibaca bi) yang diterjemahkan dalam arti “dengan, mengandung satu kata atau kalimat yang tidak terucapkan, tetapi harus terrlintas didalam benak ketika mengucapkan basmalah  yaitu kata “memulai”, sehingga bismillah, berarti “saya atau kami memulai apa yang kami kerjakan”. Dalam konteks surat ini adalah membaca ayat-ayat Al Qur’an dengan nama Allah. Sehingga dengan demikian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucapnya bahwa ia memulai pekerjaannya atas nama Allah. Atau dapat juga diartikan sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak berbentuk perintah) yang menyatakan “mulailah pekerjaanmu dengan nama Allah”. Kedua pendapat yang menyisihkan dalam benak, kata ‘memulai” pada basmalah memiliki semangat yang sama, yakni menjadikan (nama) Allah sebagai pangkalan tempat bertolak.[7]
Kata ism adalah lafadz yang menunjukkan pada nama pribadi seseorang sepert Muhammad dan manusia, atau menunjukkan pada sebuah pengertian abstrak seperti ilmu dan kesopanan. Dalam kaitan ini, kata ism menunjukkan pada nama Allah di mana ayat-ayat Al-Qur’an banyak memerintahkan agar menyebut nama dzat-Nya. Selanjutnya lafadz Allah adalah nama khusus bagi dzat yang wajib dipuja dan tidak dapat diberikan sama sekali nama tersebut selain Dia,
Selanjutnya ar-rahman dan ar-rahim kedua-duanya diambil dari kata ar-rahmah, yang berarti pengertian yang bersemayam dalam hati yang dimunculkan oleh orang yang memiliki dalam bentuk perbuatan baik terhadap orang lain. Selanjutnya lafadz ar-rahman menunjukkan pada sifat orang yang melakukan kasih saying dengan cara memberikan kenikmatan dan kebaikan pada orang lain. Sedangkan ar-rahim menunjukkan pada tempat munculnya kasih sayang, karena ar-rahim mengacu pada sifat yang tetap dan mesti berlangsung selama-lamanya. Oleh karena itu jika Allah SWT diberi sifat ar-rahman, maka maksudnya bahwa Allah adalah dzat yang berkuasa yang memberikan kenikmatan, namun ini tidak dapat pahami bahwa ar-rahmah termasuk sifat wajib selamanya kepada Allah. Sedangkan jika sesudah itu disifati dengan ar-rahim, maka dapat diketahui bahwa pada dzat Allah terdapat sifat yang tetap dan terus berlangsung, yaitu ar-rahmah yang pengaruhnya terlihat dalam berbuat baik kepada seluruh ciptaan-Nya selama-lamanya.
ßôJysø9$# ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$#
Puji dan syukur hanyalah milik Allah Tuhan Yang memiliki langit dan bumi serta segala isinya, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Allah benar menerima puji dan syukur itu, kerena Dialah Yang mencurahkan segala nikmat pada makhluk-Nya.[8]
Memuji orang adalah kerena perbuatannya yang baik yang dikerjakan dengan kemauan sendiri, maka memuji Allah berarti menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikan. Baik pengakuan yang diucapkan dalam hati, diungkapkan secara lisan maupun dengan perbuatan anggota badan[9]. Segala pujian bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan uang patut dupuji.
Rabb berarti Tuhan yang ditaati yang memiliki, mendidik dan memelihara. Lafadh Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti robbul bait.
Allah SWT mendidik manusia dengan dua jalan:
1.   Tarbiyah Kholqiyah(Didikan penciptaan) adalah pembinaan atau pemeliharaan terhadap kejadian fisiknya yang terlihat paa pengembangan jasad atau fisik sehingga mencapai kedewasaan, setra pendidikan terhadap perkembangan potensi kejiwaan dan akal pikirannya.
2.   Tarbiyah Diniyah Tahdzibiyah (Didikan keagamaan), yaitu Allah mewahyukan syariat kepada Rasul untuk disampaikan kepada manusia guna menyempurnakan akal dan menjernihkan jiwanya.
Sehingga dengan itu semua manusia mencapai kesempurnaan akalnya dan bersih jiwanya.
Al-Alamin berarti semesta alam. Yang dimaksud disini adalah segala yang ada. Orang arab mempergunakan alam untuk jenis-jenis makhluk yang memiliki keistimewaan dan sifat yang mirip dengan jenis makhluk yang berakal. Oleh karena itu, mereka menyebut alam insan, alam hewan dan alam tumbuh-tumbuhan (nabat). Padanyalah tamak adanya hidup, makan dan beranak.[10]
  Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#
Ar-Rahman menunjukkan pada sifat yang menunjukkan orang yang kasih sanyang dengan cara memberikan kenikmatan dan kebaikan pada orang lain. Sedangkan ar-Rahim menunjukkan pada tempat munculnya kasih sayang, karena ar-Rahim mengacu pada sifat yang tetap dan mesti berlangsung selama-lamanya. Allah menyebut ar-Rahim sesudah rabbul alamin adalah untuk menegaskan bahwa pemeliharaan, pendidikan dan pengasuhan Allah itu berasarkan rahmat dan kemurahan-Nya, bukan berdasarkan pemaksaan. Maksudnya agar manusia mengerjakan amal perbuatan yang diridhoi Allah dengan jiwa tenang, dada yang lapang dan hati yang teguh.[11]
  Å7Î=»tB ÏQöqtƒ ÉúïÏe$!$#  
Maaliki yang dipanjangkan mimnya berati memiiki sebab bagi ulama’ yang berpendapat demikian, Yang Memiliki mengandung makna yang lebih dalam dan agung. Sedangkan jika dibaca pendek artinya memerintah atau mengatur perilaku orang-orang yang berakal dengan cara memberikan perintah, larangan dan balasan. Hal ini sejalan dengan ungkapan malik al-naas yang mengatur dan menguasai manusia. Ad-Din dari segi bahasa digunakan untuk pengertian al-Hisab yakni perhitungan, dan berarti pula membirikan kecukupan, pembalasan yang setara dengan perbuatan yang dilakukan mannusia semasa hidupnya di dunia.
 x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS
Kata ibadah dalam ayat ini berarti merendahkan diri yang disertai perasaan dan getaran hati yang muncul karena mengagungkan zat yang disembah (Allah SWT) yang didasarkan pada keyakinan bahwa pada-Nya terdapat kekuasaan yang hakikatnya tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran.
 Na'budu diambil dari kata 'ibaadat yang berati kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah yang berarti mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. 
 $tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$#
Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
 xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$#  
Yang dimaksud al-Ladziina dalam ayat ini adalah orang-orang yang mendapatkan kenikmatan dari Allah, para nabi dan orang-orang yang jujur, orang-orang yang sholih yang terdiri dari kelompok pemeluk islam terdahulu. Sedangkan al-Maghdlubii ‘alaihim adalah orang-orang yang menolak agama yang benar yang disyariatkan Allah kepadanya. Mereka berpaling dari kebenaran dan tetap mengikuti apa yang diwariskan nenek moyang mereka, dan semua itu menyebabkan mereka dimasukkan ke dalam neraka jahannam.
Al-Dholluun yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam. Orang-orang yang tidak menerima kebenaran, atau tidak mengetahui sesuatu secara benar, yaitu orang-orang yang kepadanya tidak sampai risalah, atau sampai risalah pada mereka namun enggan mengikutinya.
Dianjurkan mengakhiri bacaan surat al-Fatihah ini dengan bacaan amiin, walaupun kata ini tidak termasuk dalam surat al-Fatihah. Perkataan amiin, bukan berasal dari al-Qur’an dengan alasan pernah dicantumkan didalamnya dan tidak dibaca olehy imam ketika sholat. Sebab pada kenyataannya, amiin merupakan doa sebagaimana pendapat Hasan al-Basri.[12]
C.     Pokok-pokok kandungan ayat:
1.      Tauhid atau keimanan, yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir.
2.      Ajaran ibadah, pada intinya ketundukan untuk melaksanakan segala perintah Allah mengandung arti yang luas. Bukan hanya ibadah dalam arti khusus seperti: sholat, puasa, zakat dan haji, melainkan juga ibadah dalam arti luas yaitu seluruh aktifitas kebaikan yang dilakukan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan tujuan ikhlas karena Allah SWT.
3.      Pokok-pokok syariah, agama yang berasal dari Allah ini berfungsi sebagai rahmat yang diperlukan manusia untuk mengatasi berbagai kekurangan pada dirinya, dan untuk mencapai jalan-jalan kebahagiaan. Kebahagiaan itu hanya bisa dicapai dengan sempurna, jika orang tetap menempuh jalanuang lurus dan benar serta diridhoi oleh Allah.
4.      Berita masa lampau, kisah orang yang mendapatkan kenikmatan dan orang yang mendapatkan merka atau kesesatan. Melalui kisah ini diharapkan dapat mengetuk hati manusia agar menjadi orang yang baik.

 IV.            PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengertian al-Fatihah berasal dari kata fataha-yaftahu-fathah yang berati pembukaan, dan dapat pula berati kemenangan. Dinamai demikian karena dilihat dari segi posisinya surat al-Fatihah berada pada bagian awal yang mendahlului surat-surat lain.
Surah al-Fatihah adalah induk dari al-Qur’an seluruhnya. Surah al-Fatihah mempunyai nama lain, diantaranya adalah:
1.   Ummul Kitab.
2.   Ash-Shalat.
3.   Ash-Syifaa’.
4.   Sab’u min al-Matsani (tujuh yang diulang). 
Pokok-pokok kandungan surat al-Fatihah secara umum adalah:
1.   Tauhid atau keimanan, yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir.
2.   Ajaran ibadah, pada intinya ketundukan untuk melaksanakan segala perintah Allah mengandung arti yang luas.
3.   Pokok-pokok syariah, agama yang berasal dari Allah ini berfungsi sebagai rahmat.
4.   Berita masa lampau.
Kesemuaan ini adalah gambaran umum dari keseluruhan ayat-ayat al-Qur’an yang harus menjadi pedoman utama umat manusia untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
B.     Penutup
Demikian makalah yang telah kami susun. Kami menyaari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk maklah selanjutnya yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh mahasiswa.
















DAFTAR PUSTAKA
Al-baazi, Annur, attafsir Attarbawiyah, al-Qohiroh: Darun Nasyar Liljami’at,  2007
Al-Dimasyqy, Imam Abi Al-Fida Ismail ibn Katsir al-Quraisy. Tafsir Ibnu Katsir, juz 1, Makkah Al-Mukarromah: Al-Maktabah al-Tijariyah, 1986.
Al-Maraghi, Ahmad Mushtofa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, jilid 1, Semarang: PT. Toha Putra, 1992.
Al-Suyuthi, Jalaluddin, Lubabunnuqul Fil As-babin Nuzul, Kairo: Darul Taqwa, tth.
Ash-Shddieqy, Tengku Muhammad Hasby. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur1, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya, Jakarta: Ikrar Mandiriabadi, 2010.
Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002.



[1]Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009) Hlm. 14.
[2]Departemen Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya, (Jakarta: Ikrar Mandiriabadi, 2010), Hlm. 3-4.
[3]Jalaluddin Al-Suyuthi, Lubabunnuqul Fil As-babin Nuzul, (Kairo: Darul Taqwa, tth), Hlm. 8.

[4]Abuddin Nata, Op. Cit., Hlm. 16.
[5]Imam Abi Al-Fida Ismail ibn Katsir al-Quraisy Al-Dimasyqy, Tafsir Ibnu Katsir, juz 1, (Makkah Al-Mukarromah: Al-Maktabah al-Tijariyah, 1986) Hlm. 4.
[6] Departemen agama RI, Op. Cit., Hlm. 21-22.
[7]M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Hlm. 15.
[8]Tengku Muhammad Hasby Ash-Shddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur1, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), Hlm. 17.
[9]Abuddin Nata,Op. Cit., Hlm. 16.
[10] Tengku Muhammad Hasby Ash-Shddieqy, Op. Cit., Hlm. 19.
[11] Abuddin Nata,Op. Cit., Hlm. 24.
[12]Ahmad Mushtofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, jilid 1, (Semarang: PT. Toha Putra,1992), Hlm. 54.