Thursday, April 19, 2012

Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islamiyah

Islam telah menggariskan dalam al-Quran dan Sunnah, bahwa setiap orang yang beriman itu adalah bersaudara. Wajib bekerjasama di dalam kebaikan serta mendamaikan antara satu dengan lainnya. Persaudaraan dalam Islam merangkumi Internasionalisme dan tidak mengenal nasionalisme dalam arti sempit. Mengutip beberapa pandangan tokoh seperti al-Maududi, Ibn Khaldun, Hasan al-Banna, Rashid Rida, bahawa Nasionalisme atau ashabiyah yang berkembang saat ini cenderung kepada negatif dengan membelakangkan prinsip-prinsip ukhuwah Islamiyah.
Dasar dari Ukhuwah Islamiyah ialah Firman Allah SWT dan Sunnah Rasul-Nya seperti:
“Sesungguhnya orang beriman itu adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah semoga kamu mendapat rahmat” (QS. al-Hujurat ayat 10)
“Orang mukmin itu seperti satu jasad, atau bagaikan satu bangunan yang saling mengukuhkan” (HR. Bukhari Muslim)

Ukhuwah Islamiyah dilandasi oleh ikatan persaudaraan yang berdasarkan kepada kesamaan keimanan, kesepakatan atas pemahaman serta pembelaan kepada Islam sebagai agama yang diridhai Allah SWT. Iman adalah tali pengikat yang lebih kuat dari ikatan keturunan, kekerabatan, kesukuan dan kebangsaan.

Ukhuwah Islamiyah
telah ditanam oleh para Ulama Silam dan bersemai dengan suburnya di kepulauan ini. Dalam sejarah kita mengenal para ulama yang menyebarkan ajaran Islam yang berasal dari suku Melayu, Kelantan, Johor, Banjar, Bugis, Mandailing, Minangkabau, Rao/Rawa, Johor, Riau, Jawa dan sebagainya. Sebagai tokoh, mereka memiliki pengaruh yang tiada terhingga di Nusantara hingga saat ini. Mereka melahirkan keturunan yang ramai dan berpengaruh, mereka meninggalkan ajaran, karya tulis dan murid-murid yang setia dan mereka meninggalkan jasa yang tidak terhingga nilainya.

Umat Islam di Nusantara sebelum kemerdekaan menjadi sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan oleh batas geografi dan kenegaraan lainnya. Ulama silam berdakwah di Nusantara dan dimiliki secara bersama oleh umat Islam yang berada di rantau ini.

Islam tidak mengenal batas geografi, perbedaan suku kaum dan bangsa. Orang-orang dan negara Islam adalah umat yang satu, satu kesatuan tanah air yang berpusat pada kesatuan agama dan kesatuan umat atas dasar ukhuwah Islamiyah.

Agus Salim mengatakan bahawa Nasionalisme yang salah menjadi sumber malapetaka bagi bangsa-bangsa di dunia dengan berlakunya peperangan dan kekacauan lainnya atas nama nasionalisme di Eropah. Rasa cinta pada tanah air menurut A. Hasan hendaknya tidak memutus hubungan mereka dengan muslim di negara Islam lain dengan alasan mereka bukan setanah air. Ini karena setiap muslim adalah bersaudara, satu sama lain harus bersatu.

Jelas nasionalisme versi Soekarno yang mengarah pada chauvisme bertentangan dengan nasionalisme yang diprakarsai oleh Haji Agus Salim, Hamka dan M. Natsir, dimana nasionalisme harus bermuara pada mencari keridhoan Allah SWT

Nasionalisme

Nasionalisme berdasarkan kepada keturunan, bahasa, agama, daerah, sejarah adat, persamaan pemerintahan dan berdasarkan kepada kepentingan bersama. Pengertian nasionalisme sangat luas dan belum memiliki defenisi yang tepat hingga saat ini. Nasionalisme modern lebih bersifat fanatik untuk kepentingan bangsa dan keturunan. Tidak membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mengarah kepada nasionalisme dizaman jahiliyah.

Barbara Ward memandang sinis nasionalisme yang telah menyebabkan peperangan berpanjangan dan perlombaan senjata seperti nasionalisme versi Amerika, Yahudi, German.

Imam khomeini menerima nasionalisme mencintai tanah air, mempertahankan negara, tetapi beliau tidak menerima nasionalisme yang melibatkan sengketa antara negara Islam.

Abu Ala al-Maududi menerima nasionalisme seperti dukungannya kepada Pakistan tanpa memusnahkan bangsa lain. Beliau tidak menerima konsep nasionalisme yang memiliki sifat kebangsaan atau asabiyyah, kesukuan fanatik yang tidak melihat kepada haq dan bathil.

Hasan al-Banna memetakan nasionalisme dengan akidah. Setiap wilayah yang terdapat orang Islam harus dicintai dan dipertahankan kehormatannya. Bagi Rashid Rida pula, Islam melarang keras berpecah sesama Islam demi kepentingan puak, negara dan kawasan.



Hubungan Kepulauan Melayu

Negara-negara yang terbentuk setelah kemerdekaan saat ini seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura tidak menunjukkan teritori dan kekuasaan raja-raja melayu Islam silam. Kerajaan Aceh Darussalam (1607-1936) dengan rajanya yang terkenal Iskandar Muda, wilayah kekuasaannya meliputi Aceh, Deli, Johor, Bintan, Selangor, Kedah, Pahang, sampai ke Semenanjung Malaka. Sebuah kerajaan Melayu Riau Lingga (Abad ke 19) wilayah kekuasaannya meliputi Deli, Johor, dan Pahang. Setelah merdeka bangsa Melayu dipisahkan menjadi warga negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Selatan Thailand. Apa yang pasti, dalam istilah ilmu tidak mengenal adanya bangsa Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Selatan Thailand. Karena bangsa bermaksud race. Istilah bangsa Brunei, Thailand, Malaysia dan sebagainya adalah istilah politik saja, yang benar adalah warganegara atau rakyat.

Para raja mengunakan istilah Sulthan atau Malik. Bahasa Melayu dengan tulisan arab Melayu menjadi bahasa pengantar dan bahasa ilmu, mata wang emas diberlakukan, tanggal Hijriyah menjadi pedoman, setiap Sulthan biasanya didampingi oleh Ulama yang memiliki taraf yang hampir sama dengan Sulthan, Al-Quran dan Sunnah menjadi hukum poistif.

Parameswara raja Malaka yang pertama adalah berasal dari Palembang. Kerajaan Aceh Darus Salam memiliki hubungan yang sangat erat dengan Kerajaan pahang, Malaka dan Johor. Keluarga Diraja Negeri Sembilan yaitu Yang Dipertuan Agung Malaysia yang pertama berasal dari Minangkabau. Kerajaan Johor dan Selangor Memiliki hubungan kekeluargaan yang rapat dengan Bugis & Kerajaan Riau Lingga. Para Menteri dan pejabat tinggi lainnnya di Malaysia banyak yang memiliki darah Rao, Aceh, Riau, Minangkabau, Palembang, Jambi, kerinci, Jawa.

Hubungan Kepulauan Melayu telah berjalan sebelum lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Kerajaan Malaysia lagi. Hubungan masyarakat kedua pulau semakin rancak dengan adanya jalinan ukhuwah Islamiyah yang diasaskan oleh para ulama silam yang berkembang kepada hubungan kekeluargaan, isntitusi diraja, suku kaum dan sebagainya.

Dari berbagai penemuan atropologi dan arkeologi dapat disimpulkan bahawa bahasa Melayu merupakan keturunan dari penutur bahasa Austronesia. Dari sini dapat di pahami bahawa orang-orang yang sekarang berada di bumi Nusantara, termasuk di Pacific sana, serta Semenanjung Melayu ini berasal dari satu nenek moyang yang sama, yaitu penutur bahasa Proto-Austronesia, di Formosa, Taiwan. Mayoritas masyarakat di Nusantara digolongkan kepada Melayu. Orang Melayu merujuk kepada mereka yang bertutur bahasa melayu dan mengamalkan adat resam orang Melayu.

Istilah "Melayu" ditakrifkan oleh Unesco pada tahun 1972 sebagai suku bangsa Melayu di Brunei, Filipina, Indonesia, Madagaskar, Semenanjung Malaysia, Singapura dan Selatan Thailand.

Setelah lahirnya negara Indonesia pada tahun 1945 dan negara Malaysia tahun 1957 jaringan itu dilanjutkan oleh para cendekiawan Muslim seperti Natsir, Hamka, Imadudin Abdul Rahim, Adam Malik dan sebagainya.

Perlu dicatat bahwa jaringan ini bukanlah jaringan kebetulan, tetapi ianya adalah jaringan intelektual muslim yang telah berjalan sekian lama dan berterusan di kepulauan ini.

Disamping jaringan itu dalam rangka dakwah dan ukhuwah, ianya juga bertujuan melawan dominasi penguasaan ekonomi seperti yang dilakukan oleh SDI dan dalam rangka melawan penjajahan pihak asing dikepulauan ini.

Seperti biasa jaringan intelektual muslim Indonesia-Malaysia jarang sekali menggunakan jalur diplomasi kedua negara, karena jaringan diplomasi biasanya jaringan yang didasarkan atas kepentingan politik kekuasaan dan ekonomi yang bersifat sementara bukan atas kepentingan ukhuwah Islamiyah yang bersifat kekal abadi.

Hubungan kedua negara dikotori oleh perasaan nasionalisme sempit yang dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia untuk menutupi kegagalan mereka dalam mengurus negara. Nasionalisme sempit juga dimanfaatkan oleh pemerintah Malaysia untuk mencari simpati rakyat dalam pemilu.

No comments:

Post a Comment